Baca Juga: MAH Pemuda Madiun Peretas Bjorka Akhirnya Diciduk dan Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Perannya
Kelompok pemberontak juga menculik dan membunuh beberapa tokoh negara, seperti penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli 1948, penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario Soerjo, lalu Dr. Moewardi, yang merupakan tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kelompok pemberontak menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan pembakaran sarana dan prasarana, dan melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang anti PKI.
Puncak pemberontakan terjadi pada 18 September 1948, setelah menguasai atas Kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia (RSI).
Respons pemerintah terhadap pemberontak
Pemerintah menyadari apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan. Pemerintah kemudian melakukan beberapa cara untuk mengakhiri pemberontakan. Terdapat dua hal yang dilakukan pemerintah saat itu.
Baca Juga: Terungkap! Ini 3 Hal Kenapa Putri Candrawathi Tak Ditahan dan Pakai Baju Tahanan Orange
Pertama, Presiden Soekarno meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir sebagai pimpinan. Kedua, Jenderal Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan yang dibantu para santri.
Hasilnya, Kota Madiun kembali direbut Indonesia pada 30 September 1948 atau selang 12 hari setelah pengumuman RSI. Beberapa petinggi PKI melarikan diri ke Cina dan Vietnam.
Muso, Tokoh Partai Komunis Indonesia, tertembak dalam pertempuran di Ponorogo. Sementara Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati.***