Propaganda Anti Pemerintah yang Sah Menjadi Awal Pecahnya Pemberontakan PKI Madiun 1948

- 18 September 2022, 12:34 WIB
Partai Komunis Indonesia.
Partai Komunis Indonesia. /

OkeNTT - Salah satu peristiwa kelam yang pernah tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pemberontakan PKI Madiun.

Pemberontakan PKI Madiun ini berlangsung pada 18 September 1948 dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso.

Pemberontakan PKI Madiun menjadi peristiwa besar dalam sejarah perjalanan bangsa Indoensia selain G30SPKI.

Baca Juga: Disebut Tak Perintah Bunuh Brigadir J, Ferdy Sambo Lolos dari Hukum? Refly Harun: Komnas HAM Kok…

Pemberontakan PKI Madiun terjadi akibat dari kesalahan “kalkulasi politik” PKI yang merasa dirinya mendapat dukungan luas dari mayoritas bangsa Indonesia yang nota bene memang dari kalangan buruh dan tani. (Rachmat Susatyo, pemberontakan PKI-Musso di Madiun 18-30 September 1948).

Gerakan yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso ini dimulai pada pertengahan tahun 1948 dan berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Pemberontakan PKI Madiun dilatarbelakangi sejumlah faktor, yang salah satunya karena jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin pada masa pemerintahan Presiden Soekarno akibat ditandatanganinya perjanjian Renville.

Baca Juga: Miliki Bukti Video, Bharada E Sebut Brigadir J Hanya Korban, Sosok Ini yang Bersalah dan Bertanggungjawab

Amir Sjarifuddin memilih sebagai oposisi, setelah tidak lagi menjadi Perdana Menteri. Dia membentuk organisasi politik oposisi, tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Dari sana, golongan oposisi ini melancarkan serangan 'adu domba' terhadap organisasi pendudukung pemerintah, Gerakan Revolusi Rakyat (GGR), sehingga timbul konflik di dalam masyarakat karena adanya dua aliran politik yang saling bertentangan.

Latar belakang pemberontakan

Ditandatanganinya perjanjian Renville membuat Kabinet Amir Sjarifuddin jatuh pada 24 Januari 1948. Kabinet baru pun dibentuk dua hari berselang dan dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Amir Sjarifuddin tidak ikut dalam kabinet baru tersebut, dan kemudian menjadi pihak oposisi. Amir memberi usul agar kabinet Hatta dibubarkan saja untuk kemudian dibentuk kabinet baru yang meliputi buruh, tani, dan pemuda. Usaha Amir sia-sia, karena kabinet Hatta tetap jalan.

Baca Juga: Terungkap! Ferdy Sambo Ternyata Sudah Resmi Menikah dengan Si Cantik, Motif Pembunuhan Brigadir J?

Amir Sjarifuddin membentuk FDR, semacam organisasi berpaham kiri, dan berafilisasi dengan kelompok aliran kiri lain seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Barisan Tani Indonesia, (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo).

Cita-citanya adalah menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia. Amir juga memiliki hubungan akrab dengan tokoh PKI, Muso. Punya ide yang sama soal ajaran komunisme, membuat keduanya terus menyebarkan ajaran itu di Indonesia.

Selain hal di atas, ketidaksetujuan Amir Sjarifuddin pada program kerja Kabinet Hatta juga mendasari pemberontakan PKI Madiun. Salah satu program Kabinet Hatta adalah mengadakan Rekonstruksi dan Rasionalisasi. Programnya adalah untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.

Pemberontakan dimulai

Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum buruh.

Baca Juga: MAH Pemuda Madiun Peretas Bjorka Akhirnya Diciduk dan Ditetapkan sebagai Tersangka, Ini Perannya

Kelompok pemberontak juga menculik dan membunuh beberapa tokoh negara, seperti penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli 1948, penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario Soerjo, lalu Dr. Moewardi, yang merupakan tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kelompok pemberontak menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan pembakaran sarana dan prasarana, dan melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang anti PKI.

Puncak pemberontakan terjadi pada 18 September 1948, setelah menguasai atas Kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia (RSI).

Respons pemerintah terhadap pemberontak

Pemerintah menyadari apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan. Pemerintah kemudian melakukan beberapa cara untuk mengakhiri pemberontakan. Terdapat dua hal yang dilakukan pemerintah saat itu.

Baca Juga: Terungkap! Ini 3 Hal Kenapa Putri Candrawathi Tak Ditahan dan Pakai Baju Tahanan Orange

Pertama, Presiden Soekarno meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir sebagai pimpinan. Kedua, Jenderal Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan yang dibantu para santri.

Hasilnya, Kota Madiun kembali direbut Indonesia pada 30 September 1948 atau selang 12 hari setelah pengumuman RSI. Beberapa petinggi PKI melarikan diri ke Cina dan Vietnam.

Muso, Tokoh Partai Komunis Indonesia, tertembak dalam pertempuran di Ponorogo. Sementara Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati.***

Editor: Mariano Parada

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah