Kakek Penyandang Disabilitas di Malaka Terdaftar sebagai Keluarga Penerima Bantuan Kemensos sejak 2019

- 28 Agustus 2022, 16:43 WIB
Kolase foto Kakek Mikhael Bria di kediamannya saat didatangi tim Effata Kemensos
Kolase foto Kakek Mikhael Bria di kediamannya saat didatangi tim Effata Kemensos /Biro Humas/Kemensos RI

OkeNTT - Kakek penyandang disabilitas di Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, Mikhael Bria (69) ternyata telah menerima bantuan dari pemerintah.

Kakek Mikhael Bria terdaftar sebagai keluarga penerima bantuan dari Kementerian Sosial berupa bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH).

Hal ini diketahui saat tim dari Sentra Effata ketika datang ke kediaman Mikhael Bria di wilayah itu pada 26 dan 27 Agustus 2022.

Baca Juga: Taman Frontera di Kota Atambua: Dulu Jadi Ikon, Kini Dibiarkan Merana

"Dalam kunjungan itu, Tim Kemensos menyerahkan bantuan berupa bantuan Atensi untuk pemeliharaan kesehatan berupa sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi dan sampo," kata Kepala Sentra Effata Kupang Supriyanto di Kupang dalam rilis yang diterima Oke NTT, Minggu 28 Agustus 2022.

Kedatangan tim ke kediaman Kakek Mikhael Bria kata Supriyanto sebagai tindak lanjut setelah mengetahui melalui pemberitaan media ini yang menyebut Kakek Mikhael Bria luput dari perhatian pemerintah.

Supriyanto mengatakan, Kakek Mikhael Bria juga mengaku menerima bantuan setelah tim mendatangi dan mengecek langsung dokumen dan basis data.

Baca Juga: Simak Ini Harta Kekayaan AT-AHS Setelah Menjabat Bupati dan Wakil Bupati Belu, Ternyata...

Kakek Mikhael Bria dipastikan sudah menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

"Saya dapat bantuan PKH sejak tahun 2019 pak," kata Mikhael Bria.

Ia juga mendapatkan bantuan pemerintah lainnya dibuktikan dengan kepemilikan kartu BPJS-PBl.

Saat mendatangi Kakek Mikhael Bria lanjut Supriyanto, tim Kemensos dari Sentra Effata memberikan bantuan Atensi untuk kebutuhan dasar berupa beras, minyak goreng dan sarden, alat bantu disabilitas (tongkat ketiak/kruk), bantuan pemberdayaan ekonomi berupa benang tenun, bibit jagung, bibit sayur dan pupuk.

Baca Juga: Terima Gaji Buta, Ketua KPU TTU Dilaporkan ke Kejaksaan

Kemensos juga berkoordinasi dengan dinas sosial dan dukcapil untuk perbaharui dokumen kependudukan (KK).

“Bantuan dari Kemensos berupa PKH dan BPJS Kesehatan. Sangat membantu kebutuhan sehari-hari. Sekarang dibantu dengan bantuan kesehatan dan usaha. Semoga amal baik bapak atau ibu mendapatkan balasan yang baik pula,” kata Mikhael.

Diketahui, Mikhael Bria tinggal berdua bersama istrinya, Blandina Abuk. Dari data kependudukan (KK), mereka memiiki 4 anak. Anak pertama meninggal, anak kedua tinggal di sebelah. Anak kedua sering membantu merawat dan mengurus orangtua. Anak ke 3 merantau di Malaysia dan tidak pernah pulang.

Baca Juga: Ombudsman NTT Minta Polres Belu Tak Pandang Bulu Dalam Memberantas Judi

Mereka bisa dikatakan cukup produktif. Setiap hari Kakek Mikhael tetap melakukan aktivitas kerja sebagai petani kebun dengan bantuan tongkat kayu karena mengalami disabilitas pada kaki kirinya.

Kalau musim hujan, Mikhael bertani untuk bercocok tanam. Kalau musim kemarau berkebun dan memungut biji asam untuk dijual. Di samping bertani, Mikhael Bria juga beternak babi dengan jumlah 5 ekor. Sebelum pandemi, ternak babinya banyak, lebih dari 20 ekor.

Tetangga sering membeli bibit babi pada Kakek ini. Tetapi pada tahun 2020, babinya terserang penyakit dan pada mati. Selain bertani dan berternak, kakek juga sering mengumpulkan biji asam. 1 kilogram biji asam seharga Rp3.500.

Baca Juga: Ombudsman NTT Minta Polres Belu Tak Pandang Bulu Dalam Memberantas Judi

Blandina membantu meningkatkan pendapatan keluarga dengan menenun. Jika tidak ada pesanan, Blandina tetap menenun untuk dijual di pasar. Harga pesanan tenun rata-rata seharga Rp500.000 hingga Rp750.000 tergantung motif. Motif garuda paling tinggi dengan harga Rp750.000.***

Editor: Mariano Parada


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah