OkeNTT - Kepala Peneliti Center of Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Amanta mengatakan bahwa ongkos produksi sektor pertanian di Indonesia masih sangat mahal dibandingkan negara lain.
Felippa mengungkapkan dalam riset CIPS terdapat beberapa faktor penyebab tingginya biaya produksi pertanian Indonesia seperti keterbatasan lahan, serta keterbatasan benih berkualitas dan keterbatasan akses pupuk.
"Yang saya lihat yang pertama ongkos produksi Indonesia masih cukup mahal sebenarnya kalau dibandingkan dengan ongkos produksi di negara lain," kata Felippa dalam diskusi G20 sektor pertanian mengenai ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis 17 November 2022 seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Lapas Atambua Teken MoU dengan Yayasan Bantuan Hukum Lantera Belu
Lanjut Filippa, rata-rata petani di Indonesia memiliki lahan sebesar 0,6 hektare sehingga menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan tidak efisien jika dibandingkan dengan menggarap lahan pertanian dalam skala yang lebih besar.
Selain itu, petani Indonesia juga mengalami keterbatasan akses pada benih berkualitas dan akses terhadap pupuk.
Pupuk subsidi tidak bisa memenuhi kebutuhan petani, sementara harga pupuk nonsubsidi sangat tinggi dibanding pupuk bersubsidi.
Baca Juga: Ini Anggota KPU dan Bawaslu yang Ditetapkan Komisi II DPR RI Berdasarkan Peringkat
Selain ongkos produksi yang mahal, produktivitas pertanian Indonesia juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.