Baca Juga: Begini Cara Mewujudkan Bioskop Pribadi di Rumah dengan Desain Home Theater Minimalis
Berdasarkan penelitian, terdapat sekitar lima juta pohon lontar yang tumbuh alami di 22 kabupaten di NTT, dengan 80 persen di antaranya berusia lebih dari 10 tahun dan memiliki nilai tambah ekonomi.
Produk utama lontar adalah nira yang didapat dari sadapan bunga, yang bisa diminum langsung atau diolah menjadi gula, maupun minuman lokal Arak yang sering disajikan saat acara adat.
Hasil rata-rata produksi nira lontar per hari mencapai 87,5 liter. Daun lontar digunakan untuk bahan kerajinan, sedangkan batangnya digunakan untuk konstruksi bangunan dan jembatan.
Baca Juga: Nikmati Keindahan Wisata Kota Kupang: Berikut 10 Destinasi Wisata Paling Populer
Untuk mewujudkan ekosistem ekonomi kerakyatan di NTT, Smesco Indonesia akan menyelenggarakan diskusi kelompok terarah (FDG) Outlook Ekonomi Lontar NTT 2024 pada 27 Juni 2024 di Kupang.
FGD bertujuan merumuskan tindakan aplikatif terkait skema kemitraan untuk pengadaan bahan baku lontar, program inkubasi UMKM bahan baku lontar, riset dan teknologi, kemitraan pembiayaan dan logistik, serta pemutakhiran database kegiatan ekonomi produktif UMKM yang memanfaatkan komoditas lontar sebagai bahan baku.
Co Founder yang juga Chief of Community & Partnership Officer Du Anyam Hanna Keraf mengatakan bahwa potensi pasar ekspor untuk produk-produk berbahan serat alam sangat besar, terutama di negara-negara Asia.
Baca Juga: Tips Mendesain Rumah Minimalis dengan Budget Terbatas: Ide Kreatif yang Harus Kamu Coba!
Diperkirakan pada 2025, pendapatan komunitas dampingan di NTT akan meningkat dua kali lipat dibandingkan periode 2023-2024.