Begini Penjelasan Lengkap Tiga Dokter RSU Larantuka Terkait Kematian Ibu dan Anak saat Bersalin

24 April 2024, 14:42 WIB
Setelah dilakukan investigasi oleh Tim Audit Maternal Perinatal Surveilance Respon (AMP SR) terkait insiden meninggalnya Ibu Novianti Uba Soge dan anaknya saat bersalin di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, pihak rumah sakit pun menggelar konferensi pers untuk menyampaikan kesimpulan dari hasil /Ama Boro Huko/

PR NTT - Setelah dilakukan investigasi oleh Tim Audit Maternal Perinatal Surveilance Respon (AMP SR) terkait insiden meninggalnya Ibu Novianti Uba Soge dan anaknya (pasien rujukan Puskesmas Lambunga) saat bersalin di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, pihak rumah sakit pun menggelar konferensi pers untuk menyampaikan kesimpulan dari hasil audit ke publik.

Kegiatan yang berlangsung di Aula RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, Selasa pagi 23 April 2024 kemarin itu dihadiri para dokter pihak rumah sakit baik dari Plt direktur hingga jajarannya hadir untuk memberi penjelasan kepada para awak media sebagai wujud tanggung jawab pihak rumah sakit.

Dalam kesempatan itu, Dokter Yosep Kopong Daten, yang menjabat sebagai Ketua Sub Komite Humas dan PKRS pun menyikapi opini yang berkembang bahwa pihak rumah sakit terkesan lambat dan menutupi informasi mengenai insiden kematian ibu dan anak ini.

Baca Juga: 4 Model Pintu Rumah Minimalis Modern Kekinian: Solusi Praktis untuk Ruang Terbatas

"Kami harus menyampaikan karena harus berhati-hati sambil menunggu hasil Audit Maternal Perinatal, secara garis besar terkait kematian Novianti dan anaknya merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Lambunga ke rumah sakit Larantuka untuk konsultasi masa kehamilannya itu karena kehamilannya sudah lebih dari hari perkiraan lahir 10 Maret 2024," jelas dokter Yos.

Lanjut dokter Yos menjelaskan, berdasarkan hasil konsultasi di poliklinik kebidananan rawat jalan hasil pemeriksaanya itu perlu untuk diakhiri (terminasi kehamilan) walaupun belum ada tanda-tanda persalinan maka dia harus dirujuk ke ruang kamar bersalin.

"Saat pemeriksaan pembukaan leher rahim atau servik belum atau masih tertutup masih keras sehingga dokter penanggung jawab pelayanan di ruang kamar bersalin melakukan tindakan awal yakni pemberian obat untuk mematangkan rahim. Karena kalau serviknya belum matang tidak mungkin dilakukan tindakan-tindakan setelahnya, kemudian setelah diberi obat untuk mematangkan leher rahim atau servik berhasil pembukaannya selesai sampai dengan dua centi dengan obat mematangkan tadi," tambahnya.

Baca Juga: Perkenalkan! Alice Sofa 2 Dudukan dari iFurnholic: Solusi Elegan untuk Rumah Minimalis Anda

"Kemudian karena kondisi sudah matang maka hari Sabtu sekitar jam 11.15 dilakukan induksi ( pemberian obat perangsang) diberikan dalam bentuk drip oxy dalam infus sehingga akhirnya capai pembukaan lengkap 10 centi pada Sabtu malam 18.30 WITA, namun kontraksi rahim juga bagus tapi kepala bayi tidak maju sampai ke dasar panggul (kala dua) sudah berlangsung agak lama tapi kepala tidak maju - maju padahal pembukaan lengkap maka keputusan medik oleh dokter penanggungjawab pelayanan melakukan tindakan vakum (alat bantu melahirkan) setelah persalinan  spontan terjadi perdarahan hebat pada Ibu Novianti dan anaknya sehingga menimbulkan insiden kematian itu,"sebut dokter.

Oleh karena itu, menyikapi kasus kematian ini dilaksanakan Audit oleh Tim Maternal Perinatal tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi untuk pengkajian dan pembahasan kasus kematian ini, dalam rangka perbaikan-perbaikan mutu pelayanan khususnya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

"Dan hasil dari AMP menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu dan anak adalah perdarahan pasca persalinan dan hasil pengkajian oleh Tim AMP itu juga telah merekomendasikan perbaikan dan pembelajaran kepada pihak manajamen pihak RSUD Larantuka untuk ditindaklanjuti dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Kami pihak rumah sakit hanya menerima rekomendasi dari hasil pembahasan dan pengkajian Tim AMP SR kabupaten maupun provinsi, dan ini bukan pembelaan diri tapi merupakan wujud tanggungjawab kami terhadap masyarakat Flores Timur," pungkasnya.

Baca Juga: Foto Rumah Minimalis 7x10 yang Modern Tampak Depan: Dalam Keterbatasan Ada Kepuasan Batin


Soal Privasi AMP SR

Menanggapi pertanyaan awak media terkait kerahasian data AMP SR, dokter Faisal Yusuf selaku Kepala Bidang Pelayanan Medik pun menjelaskan bahwa Audit Maternal Perinatal Surveilance Respon (AMP SR) sifatnya adalah non prostusisia jadi sifatnya itu adalah rekomendasi internal untuk perbaikan mutu pelayanan rumah sakit, jadi bukan untuk dipublish.

"Yang kami sampaikan ini tidak ada hubungan dengan rekomendasi sebenarnya tetapi dari hasil secara keseluruhan. Lalu rumah sakit menyampaikan apa  yang harus disampaikan. Jadi paling banyak disampaikan adalah penyebab kematian Itu adapun hasil AMP SR akan ditindak lanjuti dalam bentuk langkah-langkah perbaikan mutu jadi sifatnya dalam pedoman panduan AMP SR hasil audit itu bersifat perbaikan internal saja (non publish)," tegas dokter Faisal.

Baca Juga: Warna Cat Rumah Minimalis yang Bikin Suasana Jadi Sejuk: Inspirasi Terkini untuk Ruang Tidur yang Nyaman

Penjelasan Prosedur Kelahiran Normal

Menurut dokter Yustinus M. Udjan (dokter Kor) yang merupakan Ahli Kandungan di RSUD Larantuka menjelaskan secara garis besar bahwa, jika kelahiran normal pada umumnya batas kelahiran adalah 40 Minggu jika lebih dari itu ada faktor resiko yang berujung pada kekeringan air ketuban dan jika tidak diambil tindakan terminasi maka bayinya akan meninggal.

Selain itu syarat lainnya kita juga melakukan perekaman jantung bayi jika normal kita akan beri edukasi dan informasi. Untuk Ibu Novianti ini bisa dikatakan kelahirannya normal atau tidak ada faktor resiko.

Perlu diketahui juga proses persalinan itu bertahap langkah awal kita akan menawarkan dengan obat perangsang dosisnya juga kecil sekali dan tidak ada resiko jika keluarga sudah menyepakati lalu kami ambil tindakan.

Baca Juga: Miniatur Mewah: 5 Desain Luar Biasa untuk Rumah Minimalis Modern 6×8 Meter

Apabila pematangan sudah bagus pembukaan sudah 2 hingga 10 tapi tenaga bayi untuk dorong tidak ada, maka setelah melakukan evaluasi kita pakai alat bantu vakum itu karena lebih muda sedangkan operasi itu sebenarnya lebih beresiko.

"Namun masalahnya pada saat mau operasi disaat bersamaan di ruang bedah operasi dokter anastesi tengah menangani anak yang mengalami infeksi hebat karena ususnya pecah dia sedang restitesi atau menyelamatkan anak yang kritis," ungkapnya.

Menurut dokter Kor waktu itu pihak keluarga suami juga melihat dan mengetahuinya, kemungkinan menunggu terlalu lama akibat ada kasus yang bersamaan dan dokter biusnya yang bisa menangani juga cuma satu.

Baca Juga: Kehidupan Simpel: 5 Konsep Fungsional untuk Rumah Minimalis 6×8 Meter yang Nyaman

"Meski begitu kami terus melakukan perawatan namun mungkin karena jarak waktu agak lama akhirnya korban meninnggal. Perlu diketahui juga prosedur yang kami jalankan dalam proses persalinan ini sudah sesuai prosedur nasional beserta tahapan-tahapannya itu, tentu pihak rumah sakit tak bisa melangkahi aturan dan tahapan yang ada," singkatnya menyampaikan.

Pihak Rumah Sakit yang hadir pada saat Konferensi Pers Selasa, 23 April 2024

1. Gergorius Bato Koten, S.SI. A.Pt: Plt Direktur RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka

2. dr. Faisal Yusuf Kepala Bidang Pelayanan Medik

3. Dr. Ahmad Muhammad Kasim, A.Kep., M.Kes: Ketua Komite Mutu

4. dr. Yosep Kopong Daten: Ketua Sub Komite Humas dan PKRS

5. dr. Anastasia Asti Lebao, Sp.A, M. BioMed: Ketua Komite Medik

6. dr. Yustinus M. Udjan, Sp.OG: Dokter Penanggung Jawab Pasien

7. Klara Oa Dokend, A.Md. Kep Ketua Komite Keperawatan

8. Bernadus Boli Sanga, SKM: Kepala Seksi Perencanaan / Plt. KTU

9. dr. Margaretha Shiane Sili: Kepala Seksi Pelayanan Medik

10. Martina Ota Wolomasi, A.Md. Kep: Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan

11. Beato Lamawuran, SKM, K.Kes: Mewakili Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur.***

Editor: Yustinus Boro Huko

Tags

Terkini

Terpopuler