Ternyata Ini Sejarah Pasola di Sumba yang Membawa Cerita Mistis

- 2 April 2024, 16:02 WIB
Seorang peserta festival Pasola sambil memegang "aipahola" atau kayu pasola memacu kudanya dalam acara Festival Pasola Wanokaka, di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa, 26 Februari 2019.
Seorang peserta festival Pasola sambil memegang "aipahola" atau kayu pasola memacu kudanya dalam acara Festival Pasola Wanokaka, di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa, 26 Februari 2019. /ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/

PR NTT - Pasola, sebuah ritual perang tradisional yang terjadi di tanah Sumba, kembali memukau dengan keindahan dan kegagahannya. Namun, di balik gemerlapnya festival Pasola, tersimpan cerita mistis yang menarik tentang asal-usul tradisi ini.

Pasola berasal dari kata "sola" atau "hola" yang berarti kayu lembing. Dalam konteks ritual, Pasola merupakan perang adat di mana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, berkejar-kejaran sambil melempar lembing kayu ke arah lawan.

Sebuah pertarungan yang membutuhkan ketangkasan dan keberanian, di mana risiko terjatuh atau terkena lemparan lembing sangat tinggi.

Baca Juga: Pesona Pantai Walakiri di Sumba Timur Terus Memikat Wisatawan

Setiap tahunnya, ritual Pasola diadakan pada bulan Februari atau Maret oleh penduduk Sumba sebagai bentuk pelestarian adat di tengah kemajuan zaman yang pesat. Ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur mereka yang selalu menjaga dan memberikan kehidupan.

Namun, di balik keindahan festival Pasola, terdapat cerita menarik dari masyarakat setempat. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang, Sumba.

Rabu Kaba, yang dulunya adalah janda Umbu Dulla, kemudian dinikahi oleh salah satu pemimpin kampung, Umbu Amahu. Namun, setelah beberapa lama menikah, Umbu Amahu dan dua pemimpin kampung lainnya, Ngongo Tau Masusu dan Bayang Amahu, menghilang tanpa jejak. Warga setempat menganggap mereka telah meninggal.

Baca Juga: Mengenal Desa Adat Ratenggaro dengan Destinasi Wisata Menakjubkan di Pulau Sumba

Pada saat yang sama, Rabu Kaba jatuh cinta pada Teda Gaiparona, seorang pemuda dari Kampung Kodi. Namun, cinta mereka tidak direstui oleh adat dan kedua keluarga. Mereka memutuskan untuk melarikan diri dan menikah secara diam-diam.

Halaman:

Editor: Yulius A. Papa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini